Friday, September 29, 2017

Singapura-Kuala Lumpur (4H3M) - Hari Pertama

...continuing

Tujuan pertama setelah keluar dari Changi Airport adalah: Gusti BnB yang ada di Penhas Rd. Saya harus naik MRT jalur hijau (East West Line) untuk sampai di stasiun MRT Lavender (the nearest MRT station to Gusti BnB).

Saya tap EZ-Link card, saldo masih aman. Masih sisa sekitar S$10 (dari perjalanan terakhir saya ke Singapura tahun lalu) dan saya rasa masih cukup untuk perjalanan hari pertama. Perjalanan menuju Lavender kurang lebih 50 menit. Begitu sampai di Lavender, saya jalan sekitar 300 m untuk sampai di Gusti BnB.


Eits, jangan heran dulu kenapa di peta ngga ada tulisan Gusti BnB. Lihat tulisan "Antoinette"? Disitulah Gusti BnB berada (di lantai 2). Ada pintu yang terkunci dari dalam dan disediakan bel (juga CCTV yang mengarah ke pintu tersebut) kalau kita mau masuk ke Gusti BnB. Sebelum kunci dibuka dari dalam, kita tidak akan bisa masuk.

Saya tiba di depan pintu Gusti BnB sekitar pukul 08.10. Saya tekan bel berkali-berkali tapi sayangnya pintu tak kunjung dibuka. Saya kirim whatsapp ke Musa, tidak ada balasan juga. Ya Allah... Mau nangis rasanya. 😂 Baru hari pertama udah banyak cobaannya ya. Saya tunggu lagi lima menit, tapi masih tidak ada respon. Akhirnya saya putuskan untuk pergi ke Traveller@SG untuk gambling kamar tersedia atau tidak.



Karena saya lelah, begitu saya tiba di Traveller@SG saya langsung rebahan di sofa ruang tamu mereka. 😄 Disana ada beberapa wajah asia timur, asia tenggara dan wajah eropa. Tetapi tidak ada tanda-tanda wajah petugas di reception desk. Setelah beberapa waktu, petugas receptionist datang dan saya menjelaskan kejadian yang saya alami. Untung saja masih ada bed di ruang wanita  yang tersisa, jadi saya bisa check-in pagi itu. Fiuh... 💨 satu masalah teratasi. Saatnya bertualang di hari pertama!

Rencana perjalanan hari pertama: Singapore Botanic Gardens - Orchard Rd - Sentosa Island. Hmm..walaupun destinasinya sama dengan tahun lalu, tapi perjalanan saya kali ini banyak hal baru.

Oh ya, untuk mempermudah perjalanan kita di Singapura, jangan lupa ambil tourist map yang tersedia gratis di bandara sebelum keluar imigrasi.

MRT Map


Untuk menuju Singapore Botanic Gardens (SBG), saya memilih naik MRT dengan tujuan stasiun Botanic Gardens.
Ada banyak macam taman di SBG. Perjalanan saya tahun lalu pun belum bisa menjelajah seluruh taman ini, makanya saya masukkan kembali di itinerary kali ini. Lebih lengkapnya tentang taman ini, kita bisa akses websitenya di www.sbg.org.sg

Perjalanan di SBG ini saya mulai dari stasiun Botanic Gardens Gate sampai keluar di Tanglin Gate. Kurang lebih jalan 3 atau 4 km sambil observe kanan kiri dan cari objek foto. Emang ada apa sih di SBG ini? Kayak taman-taman kota lainnya sih. Tapi emang dasar sayanya yang seneng jalan sendiri sambil dengerin musik. Jadi  jalan-jalan yang begini aja udah bikin saya rileks.



Setelah saya puas jalan dan observing things di SBG, tujuan saya selanjutnya adalah Orchard Rd. Saya naik bis dari halte terdekat untuk menuju Orchard Rd. Tujuan di Orchard bukan belanja, tapi naik ke ION Sky yang ada di ION Orchard. Tapi... waktu itu memang belum ada kesempatan untuk kesana. Di sana lagi ada acara di ION Sky dan akses untuk umum jadi ditutup. 😞 Setelah sedikit kecewa karena ION Sky ngga bisa diakses untuk umum, saya mengobati kekecewaan itu dengan jalan ke toko buku. (Teteup ya jauh-jauh jalannya, mainnya ke toko buku.) Because bookstore is soothing and healing sometimes. 💝




Berhubung di Orchard ngga ada yang dicari lagi, saya lanjut perjalanan ke Sentosa Island. Naik MRT lagi dari Orchard ke Harbour Front (Purple Line). Kalau tujuan kalian adalah Sentosa Island, begitu sampai di Harbour Front kalian langsung ke Vivo City Mall naik ke level 3 atau 4 saya lupa. Disana ada stasiun untuk naik skytrain ke Sentosa (Sentosa Express). Sebenernya saya bisa naik transportasi lainnya seperti cable car, tapi saya lebih memilih untuk naik Sentosa Express ini (karena lebih murah. Hahaha). Atau ada pilihan yang paling murah yaitu jalan kaki via Sentosa Broadway. Ini cuma bayar SGD 1. 😂✌



Ada 4 stasiun yang akan di lewati skytrain ini. Kalau tujuan utama kalian adalah untuk berfoto di icon ternama di Universal Studio Singapore (USS), kalian harus turun di halte pertama; Waterfront. Banyak yang bisa dieksplor di sini. Dari yang gratisan sampai yang berbayar. Satu hal penting yang sebaiknya kita lakuin sebelum pergi-pergi terutama ke tempat yang belum pernah kita kunjungi, cari tahu tempat tersebut dari websitenya. Sedikit banyak pasti bisa membantu dan menambah pengetahuan. Hal ini juga untuk menghemat waktu di tempat tujuan, supaya lebih efektif. Apalagi buat tukang jalan kere dan harus ada itinerary kayak saya. 😁



Hiburan yang ada di Sentosa Island itu banyak. Salah satunya mereka menyediakan shuttle car untuk hop in dan hop out di beberapa pantai di pinggir pulau Sentosa ini. Dan itu semua masih free service dari mereka. Saya rasa, butuh satu hari penuh untuk merasakan seluruh hiburan yang ada di Sentosa.

Setelah dari Sentosa, ternyata masih ada waktu untuk exploring some places in Singapore. Akhirnya saya beranjak ke Marina Bay Sands untuk lihat pertunjukan yang saya lupa namanya. 😂

Daripada saya "bicara" lebih banyak, sebaiknya foto-foto di bawah ini saja yang bicara lebih banyak. Foto-foto lainnya bisa dilihat di akun Instagram saya @shintadsd.✌😁 Dan kalau ada yang ingin ditanyakan, sila tinggalkan pertanyaan di kolom komentar.






Vivo City

Vivo City

Palawan Beach

Palawan Beach


Selamat menabung, calon traveller!
Semoga tulisan ini bisa jadi referensi.
Sampai jumpa di tulisan saya selanjutnya

Salam,
Dian Shinta 😉

Tuesday, August 23, 2016

Tetap Internetan di Singapura

Buat yang setiap hari buka akun sosial media dan tetap harus buka sosial media walaupun sedang berada di luar negeri, ini pengalaman saya tentang penggunaan paket data internet di Singapura.



— Maret 2015 —
Maret tahun lalu saya tidak beli paket data roaming internet untuk di Singapura. Karena saya masih mengandalkan free Wi-Fi yang ditawarkan pihak hotel (fragrance hotel saphire). Hotel-hotel (atau bahkan hostel) di Singapura banyak yang menawarkan fasilitas free Wi-Fi karena memang internet termasuk kebutuhan utama bagi yang melek teknologi. Apalagi budget traveller seperti saya yang perlu membaca google maps untuk menemukan lokasi. 😁

Selama di bandara Changi, saya tidak perlu khawatir soal internet. Mereka menyediakan free Wi-Fi (dengan beberapa step yang harus dilakukan sebelum tersambung dengan Wi-Fi). Dan juga ada lokasi khusus untuk membuka internet via PC.



Sempat terpikir untuk beli nomor lokal dan mengaktifkan internetnya. Namun sayang, harganya jauh lebih mahal dibanding beli paket internet dari Indonesia. Dan berbuhung teman saya beli paket data internet roaming, saya sesekali nebeng pas dia buka hotspot Wi-Fi nya. 😁


— Agustus 2015 —
Waktu itu saya di Singapura selama 3 hari 2 malam. Tapi berhubung hari ketiga hanya setengah hari di Singapura, saya memutuskan untuk mengaktifkan paket data internet 2 hari pertama.

Provider yang saya gunakan adalah XL Axiata. Saya coba cari-cari informasi di website www.xl.co.id dan akhirnya saya menemukan dan memutuskan untuk membeli paket internet unlimited roaming di Singapura. 

Paket yang ditawarkan yaitu: paket unlimited seharga Rp 75.000/hari. Cara beli paketnya gimana? Saya hanya perlu mengisi pulsa secukupnya untuk kebutuhan internet. Disaat penggunaan internet saya sudah sebanyak Rp 75.000 pada hari tersebut, penggunaan internet selanjutnya akan dihitung "free". Saya kurang tahu pasti FUP untuk paket ini berapa GB. Tetapi yang jelas saya tidak sampai menggunakan 2 GB per hari. Jadi buat saya kecepatan internetnya pun masih baik-baik saja. Mungkin FUP nya sekitar 2GB per hari dengan kecepatan sekitar 7.2 MBps.

Karena saya hanya ingin menggunakan paket internet selama dua hari, saya siapkan pulsa di nomor XL saya sebanyak Rp 150.000. Jadi setelah pulsa Rp 0, paket data internet otomatis tidak akan bisa digunakan. Sebagai cadangan, saya mengisi pulsa lebih di nomor saya yang lain. In case something urgent happen.

Dan perhitungan penggunaan paket internet ini setiap pukul 00.00. Saya lupa 00.00 waktu setempat atau 00.00 WIB. Hehe. Waktu itu, paket dari XL ini tergolong lebih murah daripada provider lainnya. Dan inilah pertimbangan saya untuk menggunakan XL lagi di perjalanan selanjutnya.


— Agustus 2016 —
Di perjalanan kali ini, rupanya ada tawaran baru dari XL, namanya XL Pass. XL Pass ini bukan paket internet dengan kuota tertentu. Melainkan sebagai internet pass untuk menggunakan paket internet yang kita miliki saat kita berada di luar negeri. XL pass ini berlaku di 9 negara Asia (Singapura, Malaysia, Bangladesh, Sri Lanka, Kamboja, Hongkong, Makau, Taiwan dan Jepang).

Alurnya seperti ini:
Beli paket internet HotRod atau Combo XTRA → beli XL Pass → paket HotRod atau Combo XTRA dapat langsung digunakan di sembilan negara tersebut.

Ada tiga pilihan XL Pass yang ditawarkan:
1. Untuk 3 hari seharga Rp 100.000
2. Untuk 7 hari seharga Rp 150.000
3. Untuk 30hari seharga Rp 300.000



Sebelumnya saya membeli paket internet HotRod 24 jam dengan kuota 3GB untuk 30 hari seharga Rp 60.000. Dan karena saya akan berada di Singapura selama dua hari dan di Malaysia selama dua hari, saya memilih XL Pass untuk 7 hari seharga Rp 150.000.

Lalu apakah saya harus mengubah paket saat saya pindah dari Singapura ke Malaysia? Tidak. Selama saya masih berada dalam sembilan negara yang dimaksud, XL Pass akan tetap berlaku.





XL Pass ini sebaiknya diaktifkan saat masih di Indonesia. Jadi begitu sampai di negara tujuan, internet bisa langsung digunakan. Dan perhitungan masa aktif XL Pass disesuaikan dengan jam WIB. Dan jangan lupa aktifkan data roaming saat sudah tiba di luar negeri.

Selama paket internet roaming aktif, saya tetap dapat bertukar kabar dengan keluarga dan rekan kerja saya di Indonesia via chat messenger (Whatsapp, BBM, Line dan sejenisnya).


Monday, August 22, 2016

Bermalam di Changi

...continuing

— Hari pertama:  31 Juli 2016 —


"Kita telah tiba di Bandara Changi, Singapura. Waktu menujukkan pukul 00. 16 waktu setempat, suhu udara 28°C, kelembapan 68%. Dilarang melepas sabuk pengaman anda hingga pesawat benar-benar berhenti. Terimakasih telah terbang bersama Jetstar, sampai bertemu di penerbangan selanjutnya. Selamat malam." Kira-kira seperti itu suara dari awak kabin yang terdengar saat pesawat sudah berhasil mendarat dengan selamat di terminal 1 Changi Airport. Alhamdulillah.... Seneng banget rasanya saya bisa ada di sini lagi. ♡


Begitu dipersilahkan untuk turun dari pesawat dan jalan di garbarata (belalai untuk keluar/masuk pesawat), yang ada di pikiran saya waktu itu adalah: "Ketemu karpet ini lagi!" Hahaha. Banyak memori baik yang nempel di otak saya tentang bandara Changi, tapi entah kenapa hal itu yang langsung saya ingat. Kalau ada yang liat postingan saya di instagram, saya sempat posting foto dengan caption "the legendary carpet!". Nah saya senorak sebahagia itu sampai foto pertama pun tentang karpet bandara. 😄

Saat itu jam di tangan saya sudah menunjukkan pukul 00.30 (lebih cepat satu jam dibandingkan dengan Jakarta). Berhubung saya kebelet pipis, saya langsung jalan menuju toilet sambil mengaktifkan paket data internet. Ada beberapa notifikasi yang muncul di telepon pintar saya; sms dari provider, pesan di chat messenger dan lainnya. Tapi ada satu notifikasi yang langsung bikin saya berhenti jalan. Ada email yang menginformasikan kalau hostel yang sudah saya booking dari satu bulan sebelumnya: CANCELED.



Ya Tuhan..... Saya langsung ngga kebelet pipis lagi dan ganti dengan rasa panik. Kok bisa?! Saya juga ngga tahu kenapa. Saya langsung kirim email ke Traveller@SG saat itu juga, tapi saya tahu itu pasti akan slow-respons. Ada nomor telepon yang tertera yang bisa dihubungi, tapi pulsa saya ngga cukup karena saya ngga nyiapin budget untuk telepon di luar negeri. Lagipula siapa yang bakal ngangkat telpon saya dini hari kayak gini? Meja resepsionis Traveller@SG hanya ada sampai jam 23.00. Saya panik. Dimana saya harus nginap kalau bookingan hostel tiba-tiba dibatalkan sepihak kayak gini? Emang beberapa hari sebelumnya pihak Traveller@SG konfirmasi apakah saya jadi datang atau tidak. Karena nomor kartu kredit yang saya pakai untuk booking hostel ngga bisa digunain, mereka butuh nomor kartu kredit baru untuk jaminan kedatangan saya. Lalu saya berikan dan saya informasikan jam kedatangan beserta nomor penerbangan pesawat yang saya tumpangi. Itu artinya sudah ada konfirmasi akan datang kan?

Oke....saya tahu saya ngga boleh panik dan harus berpikir dengan tenang. Saya memutuskan untuk jalan lagi menuju toilet karena vesica urinaria saya udah ngga kuat nampung urin lebih banyak. Toilet di Changi Airport ini jenis toilet kering. Yaitu toilet dengan WC duduk dan tanpa ada jet shower untuk membilas (baca: che-boks) setelah kita buang air. Jadi perlu siapkan tissue basah dan air (dari botol kalau perlu. Ketauan ndeso! Haha). Tombol untuk nyiram kloset juga agak tersembunyi, jadi jangan bingung kalau harus cari tombolnya. Karena tombolnya ada di dinding belakang kloset. Bukan pada klosetnya. Tempat sampah tissuenya pun pakai sensor tangan bukan pakai tempat sampah yang diinjak lalu terbuka. Cukup menempatkan tangan diatas sensor, lalu tempat sampah akan terbuka. Di setiap toilet pasti ada toilet khusus untuk orang-orang berkebutuhan khusus; yang menggunakan kursi roda. Sebenarnya bukan cuma di toilet, fasilitas di Changi (dan saya yakin di tempat umum Singapura lainnya) emang sangat wheelchair friendly. Patut dicontoh. Oh ya, di setiap toilet ada layar untuk ngasih pendapat (emoticon) kita tentang bagaimana pelayanan dari setiap kamar mandi. By the way, ini saya cerita tentang toilet perempuan ya. Entah gimana keadaan di toilet laki-laki. Apa perlu saya survey ke toilet laki-laki di perjalanan selanjutnya? 😂



Setelah puas membuang yang perlu dibuang, saya jalan menuju tujuan saya selanjutnya yaitu Snooze Lounge yang ada di Terminal 1 ini. Saya emang berencana untuk istirahat di Changi dulu sampai pagi, baru saya lanjut ke hostel (hostel yang entah bagaimana bisa dibatalkan sepihak itu. Hiks). Di tengah perjalanan tiba-tiba saya ketemu toko buku, jadilah saya membelokkan arah untuk melihat ketersediaan buku-bukunya. Barangkali ada yang harganya lagi turun dan bisa saya beli. Hehehe


Akhirnya saya sampai di Snooze Lounge di lantai 3 Terminal 1. Ternyata ngga terlalu ramai seperti kunjungan pertama saya ke Singapura. Saya langsung pilih satu meja dan menaruh barang-barang saya di kursi yang kosong. Di snooze lounge ini selain tersedia beberapa rangkai meja & kursi, juga ada kursi panjang khusus untuk rebahan. Dan di antara kursi dan meja itu ada supply power (colokan listrik) untuk kita bisa nambah daya baterai gadget/elektronik yang dibawa. Oh iya, karena colokan listrik di Singapura beda dengan di Indonesia, kita perlu bawa travel power adapter kayak gambar di bawah. Saya beli di Carrefour harganya Rp 35.000 awal tahun 2015. Tapi di snooze lounge ini disediakan juga colokan yang bentuknya USB. Jadi manfaatkanlah power supply yang ada di sini untuk memenuhi semua daya beterai gadget sebelum kita menghabiskannya di luar sana. 😌


Ehem! Balik ke perjalanan. Begitu posisi nyaman saya temukan, saya harus cari hostel baru untuk tempat saya menginap. Saya ingat tahun lalu pernah nginap di Gusti BnB dan ada kontak whatsapp nya. Saya cek apa masih aktif atau tidak. Di kontak whatsappnya sih ngga terlihat "last seen" atau profile picture, tapi saya tetap coba menyapa melalui whatsapp. Beberapa menit kemudian dibalas! Alhamdulillaaaaaah.....


Hehehe jangan aneh sama percakapan di gambar itu. Pemiliknya memang orang Indonesia. Cara pembayaran kamarnya pun bisa lewat bank BCA. Penjaganya kalau tidak salah ingat namanya Mrs.Musa, orang melayu. Jadi saya cakap nak bahasa melayu sahaja.. Saya pikir si Gusti BnB sudah ngga nyimpan percakapan whatsaap kami tahun lalu, rupanya masih ada history mereka dan yak! Senangnya hatikuuu... (Ini definisi bahagia saat itu: menemukan orang yang berbahasa ibu sama denganmu di negara orang). 😄

Bercakap-cakaplah aku sikit dengan kakak Gusti BnB ini. Ditanyanya aku butuh berapa kamar dan untuk berapa hari. Kata kak Gusti BnB ini masih ada bed kosong. Tapi aku ragu karena di Gusti BnB ini mix dorm. Kamar laki-laki dan wanita dicampurnya. Bah! Ngeri kali ah! Aku lagi jalan sendirian ini. Kalo aku jalan sama teman-temanku tak apalah aku tidur di kamar campur kek gitu.. Kalo mamakku tahu, aku bisa digoroknya nanti. Eh kok malah jadi ada logat Medannya ya kak. Ohh maaf-maaf. Okelah sebelum saya dapat penginapan lain yang female only room, saya terpaksa booking di Gusti BnB dulu. Nanti bisalah cincai-cincai sama kak Musa untuk ditempatkan di kamar yang dominan wanitanya. Deal untuk satu kamar di Gusti BnB. Dan by the way, letak Gusti BnB ini dekat dengan Traveller@SG (kayak yang saya pernah ceritakan di postingan sebelumnya). Cuma berjarak kurang lebih 300 m. Jadi masih sekitaran stasiun MRT Lavender. Oke, masalah penginapan selesai. Saatnya istirahat di kursi ini sambil selonjorkan kaki ke meja.✌

Setelah memejamkan mata sekitar 2 jam, saya terbangun. Saat itu waktu menunjukkan pukul 03.30 waktu Singapura. Cacing di perut saya protes dan akhirnya saya beli French Fries Texas Chicken (buka 24 jam) untuk mengganjal perut saya yang ternyata belum diisi sejak siang kemarin. Jelaslah si perut bunyinya kenceng banget.


Dan hmm.... lalu saya mulai was-was. Menurut pengalaman saya awal Maret 2015 lalu, tepat pukul 04.00 nanti akan ada petugas bandara yang keliling sambil membawa senjata laras panjang untuk ngecek dokumen (paspor dan boarding pass) orang-orang yang tidur di snooze lounge ini. Mereka meriksa apakah orang yang tidur di sini memang akan melanjutkan penerbangan selanjutnya dari Changi Airport atau mereka hanya bermalam saja di bandara (seperti saya contohnya ㅋㅋㅋㅋㅋㅋ). Dan tibalah pukul 04.00....

Maret 2015 kejadiannya seperti ini:
👮 Excuse me.. Can I check your passport, please?
👧👧 *saya dan teman saya mengeluarkan dan menyerahkan paspor kami*
👮 I'm sorry. You are not allowed to be here if you don't have your boarding pass for your next flight.
👧 Abiella: Oh sorry..this is our first time in here. ((Abiella baru perpanjang paspor waktu itu, jadi paspor dia masih kosong. Dan paspor sayapun masih kosong karena memang baru pertama kali. Lol)
👮 It's okay. You have to go to immigration gate in level 1.
👧 Where is it?
👮 *nunjukin arah pake basa inggeris*
👧 Oh okay thank you.
👮 Welcome
👧👧 *trus kami beranjak ke imigration gate sambil bersedih*


Dan kejadian Juli 2016 seperti ini:
👸 Hello, good morning.
👧 Morning
👸 Can I have your passport and boarding pass please?
👧 Yes, please. *ngasih paspor*
👸 *checking*
👧 *HR: 100 bpm 😖*
👸 OK, thank you.
Dan kali ini lolos!! 😀😁 Mungkin karena petugas yang ngecek liat paspor saya kosong dan saya sendirian? Mungkin karena yang ngecek adalah petugas perempuan? Bisa jadi bisa jadi. Alhamdulillah masih dikasih kesempatan nunggu di Changi sampai pagi. 😌😙💨

Tadinya rencana saya akan beranjak dari airport ke hostel pada pukul 06.00 tapi saya melihat di luar bandara masih gelap (seperti langit di Jakarta pada pukul 05.00). Jadi saya memutuskan untuk nunggu satu jam lagi baru saya akan keluar gerbang imigrasi.


Dan pada jam 07.00 saya beranjak dari snooze lounge. Perlu diketahui, sebelum keluar imigrasi kita harus menulis semacam Arrival Card. Tulis data yang harus diisi dan bagian paling kanan akan disobek oleh petugas dan disimpan di paspor kita. Potongan ini jangan sampai hilang karena harus diserahkan kembali ke petugas imigrasi waktu kita pergi dari Singapura nanti. Setelah paspor saya dicap "kedatangan" oleh petugas, saya langsung menuju stasiun MRT yang ada di Terminal 2. Dengan membawa gembolan backpack, bantal leher dan satu tas tripod, perjalanan dari terminal 1 ke terminal 2 (walaupun sudah naik Skytrain) masih terasa melelahkan. 😂


Sekian dulu cerita saya tentang bermalam di Changi Airport (dan insiden penginapan). Akan ada postingan-postingan saya selanjutnya tentang perjalanan yang saya lakukan. Semoga bermanfaat (atau menghibur, paling tidak) untuk kamu. Much loaaaaf ♡

...to be continued...

Salam,
Dian Shinta 😉