Monday, August 22, 2016

Bermalam di Changi

...continuing

— Hari pertama:  31 Juli 2016 —


"Kita telah tiba di Bandara Changi, Singapura. Waktu menujukkan pukul 00. 16 waktu setempat, suhu udara 28°C, kelembapan 68%. Dilarang melepas sabuk pengaman anda hingga pesawat benar-benar berhenti. Terimakasih telah terbang bersama Jetstar, sampai bertemu di penerbangan selanjutnya. Selamat malam." Kira-kira seperti itu suara dari awak kabin yang terdengar saat pesawat sudah berhasil mendarat dengan selamat di terminal 1 Changi Airport. Alhamdulillah.... Seneng banget rasanya saya bisa ada di sini lagi. ♡


Begitu dipersilahkan untuk turun dari pesawat dan jalan di garbarata (belalai untuk keluar/masuk pesawat), yang ada di pikiran saya waktu itu adalah: "Ketemu karpet ini lagi!" Hahaha. Banyak memori baik yang nempel di otak saya tentang bandara Changi, tapi entah kenapa hal itu yang langsung saya ingat. Kalau ada yang liat postingan saya di instagram, saya sempat posting foto dengan caption "the legendary carpet!". Nah saya senorak sebahagia itu sampai foto pertama pun tentang karpet bandara. 😄

Saat itu jam di tangan saya sudah menunjukkan pukul 00.30 (lebih cepat satu jam dibandingkan dengan Jakarta). Berhubung saya kebelet pipis, saya langsung jalan menuju toilet sambil mengaktifkan paket data internet. Ada beberapa notifikasi yang muncul di telepon pintar saya; sms dari provider, pesan di chat messenger dan lainnya. Tapi ada satu notifikasi yang langsung bikin saya berhenti jalan. Ada email yang menginformasikan kalau hostel yang sudah saya booking dari satu bulan sebelumnya: CANCELED.



Ya Tuhan..... Saya langsung ngga kebelet pipis lagi dan ganti dengan rasa panik. Kok bisa?! Saya juga ngga tahu kenapa. Saya langsung kirim email ke Traveller@SG saat itu juga, tapi saya tahu itu pasti akan slow-respons. Ada nomor telepon yang tertera yang bisa dihubungi, tapi pulsa saya ngga cukup karena saya ngga nyiapin budget untuk telepon di luar negeri. Lagipula siapa yang bakal ngangkat telpon saya dini hari kayak gini? Meja resepsionis Traveller@SG hanya ada sampai jam 23.00. Saya panik. Dimana saya harus nginap kalau bookingan hostel tiba-tiba dibatalkan sepihak kayak gini? Emang beberapa hari sebelumnya pihak Traveller@SG konfirmasi apakah saya jadi datang atau tidak. Karena nomor kartu kredit yang saya pakai untuk booking hostel ngga bisa digunain, mereka butuh nomor kartu kredit baru untuk jaminan kedatangan saya. Lalu saya berikan dan saya informasikan jam kedatangan beserta nomor penerbangan pesawat yang saya tumpangi. Itu artinya sudah ada konfirmasi akan datang kan?

Oke....saya tahu saya ngga boleh panik dan harus berpikir dengan tenang. Saya memutuskan untuk jalan lagi menuju toilet karena vesica urinaria saya udah ngga kuat nampung urin lebih banyak. Toilet di Changi Airport ini jenis toilet kering. Yaitu toilet dengan WC duduk dan tanpa ada jet shower untuk membilas (baca: che-boks) setelah kita buang air. Jadi perlu siapkan tissue basah dan air (dari botol kalau perlu. Ketauan ndeso! Haha). Tombol untuk nyiram kloset juga agak tersembunyi, jadi jangan bingung kalau harus cari tombolnya. Karena tombolnya ada di dinding belakang kloset. Bukan pada klosetnya. Tempat sampah tissuenya pun pakai sensor tangan bukan pakai tempat sampah yang diinjak lalu terbuka. Cukup menempatkan tangan diatas sensor, lalu tempat sampah akan terbuka. Di setiap toilet pasti ada toilet khusus untuk orang-orang berkebutuhan khusus; yang menggunakan kursi roda. Sebenarnya bukan cuma di toilet, fasilitas di Changi (dan saya yakin di tempat umum Singapura lainnya) emang sangat wheelchair friendly. Patut dicontoh. Oh ya, di setiap toilet ada layar untuk ngasih pendapat (emoticon) kita tentang bagaimana pelayanan dari setiap kamar mandi. By the way, ini saya cerita tentang toilet perempuan ya. Entah gimana keadaan di toilet laki-laki. Apa perlu saya survey ke toilet laki-laki di perjalanan selanjutnya? 😂



Setelah puas membuang yang perlu dibuang, saya jalan menuju tujuan saya selanjutnya yaitu Snooze Lounge yang ada di Terminal 1 ini. Saya emang berencana untuk istirahat di Changi dulu sampai pagi, baru saya lanjut ke hostel (hostel yang entah bagaimana bisa dibatalkan sepihak itu. Hiks). Di tengah perjalanan tiba-tiba saya ketemu toko buku, jadilah saya membelokkan arah untuk melihat ketersediaan buku-bukunya. Barangkali ada yang harganya lagi turun dan bisa saya beli. Hehehe


Akhirnya saya sampai di Snooze Lounge di lantai 3 Terminal 1. Ternyata ngga terlalu ramai seperti kunjungan pertama saya ke Singapura. Saya langsung pilih satu meja dan menaruh barang-barang saya di kursi yang kosong. Di snooze lounge ini selain tersedia beberapa rangkai meja & kursi, juga ada kursi panjang khusus untuk rebahan. Dan di antara kursi dan meja itu ada supply power (colokan listrik) untuk kita bisa nambah daya baterai gadget/elektronik yang dibawa. Oh iya, karena colokan listrik di Singapura beda dengan di Indonesia, kita perlu bawa travel power adapter kayak gambar di bawah. Saya beli di Carrefour harganya Rp 35.000 awal tahun 2015. Tapi di snooze lounge ini disediakan juga colokan yang bentuknya USB. Jadi manfaatkanlah power supply yang ada di sini untuk memenuhi semua daya beterai gadget sebelum kita menghabiskannya di luar sana. 😌


Ehem! Balik ke perjalanan. Begitu posisi nyaman saya temukan, saya harus cari hostel baru untuk tempat saya menginap. Saya ingat tahun lalu pernah nginap di Gusti BnB dan ada kontak whatsapp nya. Saya cek apa masih aktif atau tidak. Di kontak whatsappnya sih ngga terlihat "last seen" atau profile picture, tapi saya tetap coba menyapa melalui whatsapp. Beberapa menit kemudian dibalas! Alhamdulillaaaaaah.....


Hehehe jangan aneh sama percakapan di gambar itu. Pemiliknya memang orang Indonesia. Cara pembayaran kamarnya pun bisa lewat bank BCA. Penjaganya kalau tidak salah ingat namanya Mrs.Musa, orang melayu. Jadi saya cakap nak bahasa melayu sahaja.. Saya pikir si Gusti BnB sudah ngga nyimpan percakapan whatsaap kami tahun lalu, rupanya masih ada history mereka dan yak! Senangnya hatikuuu... (Ini definisi bahagia saat itu: menemukan orang yang berbahasa ibu sama denganmu di negara orang). 😄

Bercakap-cakaplah aku sikit dengan kakak Gusti BnB ini. Ditanyanya aku butuh berapa kamar dan untuk berapa hari. Kata kak Gusti BnB ini masih ada bed kosong. Tapi aku ragu karena di Gusti BnB ini mix dorm. Kamar laki-laki dan wanita dicampurnya. Bah! Ngeri kali ah! Aku lagi jalan sendirian ini. Kalo aku jalan sama teman-temanku tak apalah aku tidur di kamar campur kek gitu.. Kalo mamakku tahu, aku bisa digoroknya nanti. Eh kok malah jadi ada logat Medannya ya kak. Ohh maaf-maaf. Okelah sebelum saya dapat penginapan lain yang female only room, saya terpaksa booking di Gusti BnB dulu. Nanti bisalah cincai-cincai sama kak Musa untuk ditempatkan di kamar yang dominan wanitanya. Deal untuk satu kamar di Gusti BnB. Dan by the way, letak Gusti BnB ini dekat dengan Traveller@SG (kayak yang saya pernah ceritakan di postingan sebelumnya). Cuma berjarak kurang lebih 300 m. Jadi masih sekitaran stasiun MRT Lavender. Oke, masalah penginapan selesai. Saatnya istirahat di kursi ini sambil selonjorkan kaki ke meja.✌

Setelah memejamkan mata sekitar 2 jam, saya terbangun. Saat itu waktu menunjukkan pukul 03.30 waktu Singapura. Cacing di perut saya protes dan akhirnya saya beli French Fries Texas Chicken (buka 24 jam) untuk mengganjal perut saya yang ternyata belum diisi sejak siang kemarin. Jelaslah si perut bunyinya kenceng banget.


Dan hmm.... lalu saya mulai was-was. Menurut pengalaman saya awal Maret 2015 lalu, tepat pukul 04.00 nanti akan ada petugas bandara yang keliling sambil membawa senjata laras panjang untuk ngecek dokumen (paspor dan boarding pass) orang-orang yang tidur di snooze lounge ini. Mereka meriksa apakah orang yang tidur di sini memang akan melanjutkan penerbangan selanjutnya dari Changi Airport atau mereka hanya bermalam saja di bandara (seperti saya contohnya ㅋㅋㅋㅋㅋㅋ). Dan tibalah pukul 04.00....

Maret 2015 kejadiannya seperti ini:
👮 Excuse me.. Can I check your passport, please?
👧👧 *saya dan teman saya mengeluarkan dan menyerahkan paspor kami*
👮 I'm sorry. You are not allowed to be here if you don't have your boarding pass for your next flight.
👧 Abiella: Oh sorry..this is our first time in here. ((Abiella baru perpanjang paspor waktu itu, jadi paspor dia masih kosong. Dan paspor sayapun masih kosong karena memang baru pertama kali. Lol)
👮 It's okay. You have to go to immigration gate in level 1.
👧 Where is it?
👮 *nunjukin arah pake basa inggeris*
👧 Oh okay thank you.
👮 Welcome
👧👧 *trus kami beranjak ke imigration gate sambil bersedih*


Dan kejadian Juli 2016 seperti ini:
👸 Hello, good morning.
👧 Morning
👸 Can I have your passport and boarding pass please?
👧 Yes, please. *ngasih paspor*
👸 *checking*
👧 *HR: 100 bpm 😖*
👸 OK, thank you.
Dan kali ini lolos!! 😀😁 Mungkin karena petugas yang ngecek liat paspor saya kosong dan saya sendirian? Mungkin karena yang ngecek adalah petugas perempuan? Bisa jadi bisa jadi. Alhamdulillah masih dikasih kesempatan nunggu di Changi sampai pagi. 😌😙💨

Tadinya rencana saya akan beranjak dari airport ke hostel pada pukul 06.00 tapi saya melihat di luar bandara masih gelap (seperti langit di Jakarta pada pukul 05.00). Jadi saya memutuskan untuk nunggu satu jam lagi baru saya akan keluar gerbang imigrasi.


Dan pada jam 07.00 saya beranjak dari snooze lounge. Perlu diketahui, sebelum keluar imigrasi kita harus menulis semacam Arrival Card. Tulis data yang harus diisi dan bagian paling kanan akan disobek oleh petugas dan disimpan di paspor kita. Potongan ini jangan sampai hilang karena harus diserahkan kembali ke petugas imigrasi waktu kita pergi dari Singapura nanti. Setelah paspor saya dicap "kedatangan" oleh petugas, saya langsung menuju stasiun MRT yang ada di Terminal 2. Dengan membawa gembolan backpack, bantal leher dan satu tas tripod, perjalanan dari terminal 1 ke terminal 2 (walaupun sudah naik Skytrain) masih terasa melelahkan. 😂


Sekian dulu cerita saya tentang bermalam di Changi Airport (dan insiden penginapan). Akan ada postingan-postingan saya selanjutnya tentang perjalanan yang saya lakukan. Semoga bermanfaat (atau menghibur, paling tidak) untuk kamu. Much loaaaaf ♡

...to be continued...

Salam,
Dian Shinta 😉


No comments:

Post a Comment