Tuesday, August 23, 2016

Tetap Internetan di Singapura

Buat yang setiap hari buka akun sosial media dan tetap harus buka sosial media walaupun sedang berada di luar negeri, ini pengalaman saya tentang penggunaan paket data internet di Singapura.



— Maret 2015 —
Maret tahun lalu saya tidak beli paket data roaming internet untuk di Singapura. Karena saya masih mengandalkan free Wi-Fi yang ditawarkan pihak hotel (fragrance hotel saphire). Hotel-hotel (atau bahkan hostel) di Singapura banyak yang menawarkan fasilitas free Wi-Fi karena memang internet termasuk kebutuhan utama bagi yang melek teknologi. Apalagi budget traveller seperti saya yang perlu membaca google maps untuk menemukan lokasi. 😁

Selama di bandara Changi, saya tidak perlu khawatir soal internet. Mereka menyediakan free Wi-Fi (dengan beberapa step yang harus dilakukan sebelum tersambung dengan Wi-Fi). Dan juga ada lokasi khusus untuk membuka internet via PC.



Sempat terpikir untuk beli nomor lokal dan mengaktifkan internetnya. Namun sayang, harganya jauh lebih mahal dibanding beli paket internet dari Indonesia. Dan berbuhung teman saya beli paket data internet roaming, saya sesekali nebeng pas dia buka hotspot Wi-Fi nya. 😁


— Agustus 2015 —
Waktu itu saya di Singapura selama 3 hari 2 malam. Tapi berhubung hari ketiga hanya setengah hari di Singapura, saya memutuskan untuk mengaktifkan paket data internet 2 hari pertama.

Provider yang saya gunakan adalah XL Axiata. Saya coba cari-cari informasi di website www.xl.co.id dan akhirnya saya menemukan dan memutuskan untuk membeli paket internet unlimited roaming di Singapura. 

Paket yang ditawarkan yaitu: paket unlimited seharga Rp 75.000/hari. Cara beli paketnya gimana? Saya hanya perlu mengisi pulsa secukupnya untuk kebutuhan internet. Disaat penggunaan internet saya sudah sebanyak Rp 75.000 pada hari tersebut, penggunaan internet selanjutnya akan dihitung "free". Saya kurang tahu pasti FUP untuk paket ini berapa GB. Tetapi yang jelas saya tidak sampai menggunakan 2 GB per hari. Jadi buat saya kecepatan internetnya pun masih baik-baik saja. Mungkin FUP nya sekitar 2GB per hari dengan kecepatan sekitar 7.2 MBps.

Karena saya hanya ingin menggunakan paket internet selama dua hari, saya siapkan pulsa di nomor XL saya sebanyak Rp 150.000. Jadi setelah pulsa Rp 0, paket data internet otomatis tidak akan bisa digunakan. Sebagai cadangan, saya mengisi pulsa lebih di nomor saya yang lain. In case something urgent happen.

Dan perhitungan penggunaan paket internet ini setiap pukul 00.00. Saya lupa 00.00 waktu setempat atau 00.00 WIB. Hehe. Waktu itu, paket dari XL ini tergolong lebih murah daripada provider lainnya. Dan inilah pertimbangan saya untuk menggunakan XL lagi di perjalanan selanjutnya.


— Agustus 2016 —
Di perjalanan kali ini, rupanya ada tawaran baru dari XL, namanya XL Pass. XL Pass ini bukan paket internet dengan kuota tertentu. Melainkan sebagai internet pass untuk menggunakan paket internet yang kita miliki saat kita berada di luar negeri. XL pass ini berlaku di 9 negara Asia (Singapura, Malaysia, Bangladesh, Sri Lanka, Kamboja, Hongkong, Makau, Taiwan dan Jepang).

Alurnya seperti ini:
Beli paket internet HotRod atau Combo XTRA → beli XL Pass → paket HotRod atau Combo XTRA dapat langsung digunakan di sembilan negara tersebut.

Ada tiga pilihan XL Pass yang ditawarkan:
1. Untuk 3 hari seharga Rp 100.000
2. Untuk 7 hari seharga Rp 150.000
3. Untuk 30hari seharga Rp 300.000



Sebelumnya saya membeli paket internet HotRod 24 jam dengan kuota 3GB untuk 30 hari seharga Rp 60.000. Dan karena saya akan berada di Singapura selama dua hari dan di Malaysia selama dua hari, saya memilih XL Pass untuk 7 hari seharga Rp 150.000.

Lalu apakah saya harus mengubah paket saat saya pindah dari Singapura ke Malaysia? Tidak. Selama saya masih berada dalam sembilan negara yang dimaksud, XL Pass akan tetap berlaku.





XL Pass ini sebaiknya diaktifkan saat masih di Indonesia. Jadi begitu sampai di negara tujuan, internet bisa langsung digunakan. Dan perhitungan masa aktif XL Pass disesuaikan dengan jam WIB. Dan jangan lupa aktifkan data roaming saat sudah tiba di luar negeri.

Selama paket internet roaming aktif, saya tetap dapat bertukar kabar dengan keluarga dan rekan kerja saya di Indonesia via chat messenger (Whatsapp, BBM, Line dan sejenisnya).


Monday, August 22, 2016

Bermalam di Changi

...continuing

— Hari pertama:  31 Juli 2016 —


"Kita telah tiba di Bandara Changi, Singapura. Waktu menujukkan pukul 00. 16 waktu setempat, suhu udara 28°C, kelembapan 68%. Dilarang melepas sabuk pengaman anda hingga pesawat benar-benar berhenti. Terimakasih telah terbang bersama Jetstar, sampai bertemu di penerbangan selanjutnya. Selamat malam." Kira-kira seperti itu suara dari awak kabin yang terdengar saat pesawat sudah berhasil mendarat dengan selamat di terminal 1 Changi Airport. Alhamdulillah.... Seneng banget rasanya saya bisa ada di sini lagi. ♡


Begitu dipersilahkan untuk turun dari pesawat dan jalan di garbarata (belalai untuk keluar/masuk pesawat), yang ada di pikiran saya waktu itu adalah: "Ketemu karpet ini lagi!" Hahaha. Banyak memori baik yang nempel di otak saya tentang bandara Changi, tapi entah kenapa hal itu yang langsung saya ingat. Kalau ada yang liat postingan saya di instagram, saya sempat posting foto dengan caption "the legendary carpet!". Nah saya senorak sebahagia itu sampai foto pertama pun tentang karpet bandara. 😄

Saat itu jam di tangan saya sudah menunjukkan pukul 00.30 (lebih cepat satu jam dibandingkan dengan Jakarta). Berhubung saya kebelet pipis, saya langsung jalan menuju toilet sambil mengaktifkan paket data internet. Ada beberapa notifikasi yang muncul di telepon pintar saya; sms dari provider, pesan di chat messenger dan lainnya. Tapi ada satu notifikasi yang langsung bikin saya berhenti jalan. Ada email yang menginformasikan kalau hostel yang sudah saya booking dari satu bulan sebelumnya: CANCELED.



Ya Tuhan..... Saya langsung ngga kebelet pipis lagi dan ganti dengan rasa panik. Kok bisa?! Saya juga ngga tahu kenapa. Saya langsung kirim email ke Traveller@SG saat itu juga, tapi saya tahu itu pasti akan slow-respons. Ada nomor telepon yang tertera yang bisa dihubungi, tapi pulsa saya ngga cukup karena saya ngga nyiapin budget untuk telepon di luar negeri. Lagipula siapa yang bakal ngangkat telpon saya dini hari kayak gini? Meja resepsionis Traveller@SG hanya ada sampai jam 23.00. Saya panik. Dimana saya harus nginap kalau bookingan hostel tiba-tiba dibatalkan sepihak kayak gini? Emang beberapa hari sebelumnya pihak Traveller@SG konfirmasi apakah saya jadi datang atau tidak. Karena nomor kartu kredit yang saya pakai untuk booking hostel ngga bisa digunain, mereka butuh nomor kartu kredit baru untuk jaminan kedatangan saya. Lalu saya berikan dan saya informasikan jam kedatangan beserta nomor penerbangan pesawat yang saya tumpangi. Itu artinya sudah ada konfirmasi akan datang kan?

Oke....saya tahu saya ngga boleh panik dan harus berpikir dengan tenang. Saya memutuskan untuk jalan lagi menuju toilet karena vesica urinaria saya udah ngga kuat nampung urin lebih banyak. Toilet di Changi Airport ini jenis toilet kering. Yaitu toilet dengan WC duduk dan tanpa ada jet shower untuk membilas (baca: che-boks) setelah kita buang air. Jadi perlu siapkan tissue basah dan air (dari botol kalau perlu. Ketauan ndeso! Haha). Tombol untuk nyiram kloset juga agak tersembunyi, jadi jangan bingung kalau harus cari tombolnya. Karena tombolnya ada di dinding belakang kloset. Bukan pada klosetnya. Tempat sampah tissuenya pun pakai sensor tangan bukan pakai tempat sampah yang diinjak lalu terbuka. Cukup menempatkan tangan diatas sensor, lalu tempat sampah akan terbuka. Di setiap toilet pasti ada toilet khusus untuk orang-orang berkebutuhan khusus; yang menggunakan kursi roda. Sebenarnya bukan cuma di toilet, fasilitas di Changi (dan saya yakin di tempat umum Singapura lainnya) emang sangat wheelchair friendly. Patut dicontoh. Oh ya, di setiap toilet ada layar untuk ngasih pendapat (emoticon) kita tentang bagaimana pelayanan dari setiap kamar mandi. By the way, ini saya cerita tentang toilet perempuan ya. Entah gimana keadaan di toilet laki-laki. Apa perlu saya survey ke toilet laki-laki di perjalanan selanjutnya? 😂



Setelah puas membuang yang perlu dibuang, saya jalan menuju tujuan saya selanjutnya yaitu Snooze Lounge yang ada di Terminal 1 ini. Saya emang berencana untuk istirahat di Changi dulu sampai pagi, baru saya lanjut ke hostel (hostel yang entah bagaimana bisa dibatalkan sepihak itu. Hiks). Di tengah perjalanan tiba-tiba saya ketemu toko buku, jadilah saya membelokkan arah untuk melihat ketersediaan buku-bukunya. Barangkali ada yang harganya lagi turun dan bisa saya beli. Hehehe


Akhirnya saya sampai di Snooze Lounge di lantai 3 Terminal 1. Ternyata ngga terlalu ramai seperti kunjungan pertama saya ke Singapura. Saya langsung pilih satu meja dan menaruh barang-barang saya di kursi yang kosong. Di snooze lounge ini selain tersedia beberapa rangkai meja & kursi, juga ada kursi panjang khusus untuk rebahan. Dan di antara kursi dan meja itu ada supply power (colokan listrik) untuk kita bisa nambah daya baterai gadget/elektronik yang dibawa. Oh iya, karena colokan listrik di Singapura beda dengan di Indonesia, kita perlu bawa travel power adapter kayak gambar di bawah. Saya beli di Carrefour harganya Rp 35.000 awal tahun 2015. Tapi di snooze lounge ini disediakan juga colokan yang bentuknya USB. Jadi manfaatkanlah power supply yang ada di sini untuk memenuhi semua daya beterai gadget sebelum kita menghabiskannya di luar sana. 😌


Ehem! Balik ke perjalanan. Begitu posisi nyaman saya temukan, saya harus cari hostel baru untuk tempat saya menginap. Saya ingat tahun lalu pernah nginap di Gusti BnB dan ada kontak whatsapp nya. Saya cek apa masih aktif atau tidak. Di kontak whatsappnya sih ngga terlihat "last seen" atau profile picture, tapi saya tetap coba menyapa melalui whatsapp. Beberapa menit kemudian dibalas! Alhamdulillaaaaaah.....


Hehehe jangan aneh sama percakapan di gambar itu. Pemiliknya memang orang Indonesia. Cara pembayaran kamarnya pun bisa lewat bank BCA. Penjaganya kalau tidak salah ingat namanya Mrs.Musa, orang melayu. Jadi saya cakap nak bahasa melayu sahaja.. Saya pikir si Gusti BnB sudah ngga nyimpan percakapan whatsaap kami tahun lalu, rupanya masih ada history mereka dan yak! Senangnya hatikuuu... (Ini definisi bahagia saat itu: menemukan orang yang berbahasa ibu sama denganmu di negara orang). 😄

Bercakap-cakaplah aku sikit dengan kakak Gusti BnB ini. Ditanyanya aku butuh berapa kamar dan untuk berapa hari. Kata kak Gusti BnB ini masih ada bed kosong. Tapi aku ragu karena di Gusti BnB ini mix dorm. Kamar laki-laki dan wanita dicampurnya. Bah! Ngeri kali ah! Aku lagi jalan sendirian ini. Kalo aku jalan sama teman-temanku tak apalah aku tidur di kamar campur kek gitu.. Kalo mamakku tahu, aku bisa digoroknya nanti. Eh kok malah jadi ada logat Medannya ya kak. Ohh maaf-maaf. Okelah sebelum saya dapat penginapan lain yang female only room, saya terpaksa booking di Gusti BnB dulu. Nanti bisalah cincai-cincai sama kak Musa untuk ditempatkan di kamar yang dominan wanitanya. Deal untuk satu kamar di Gusti BnB. Dan by the way, letak Gusti BnB ini dekat dengan Traveller@SG (kayak yang saya pernah ceritakan di postingan sebelumnya). Cuma berjarak kurang lebih 300 m. Jadi masih sekitaran stasiun MRT Lavender. Oke, masalah penginapan selesai. Saatnya istirahat di kursi ini sambil selonjorkan kaki ke meja.✌

Setelah memejamkan mata sekitar 2 jam, saya terbangun. Saat itu waktu menunjukkan pukul 03.30 waktu Singapura. Cacing di perut saya protes dan akhirnya saya beli French Fries Texas Chicken (buka 24 jam) untuk mengganjal perut saya yang ternyata belum diisi sejak siang kemarin. Jelaslah si perut bunyinya kenceng banget.


Dan hmm.... lalu saya mulai was-was. Menurut pengalaman saya awal Maret 2015 lalu, tepat pukul 04.00 nanti akan ada petugas bandara yang keliling sambil membawa senjata laras panjang untuk ngecek dokumen (paspor dan boarding pass) orang-orang yang tidur di snooze lounge ini. Mereka meriksa apakah orang yang tidur di sini memang akan melanjutkan penerbangan selanjutnya dari Changi Airport atau mereka hanya bermalam saja di bandara (seperti saya contohnya ㅋㅋㅋㅋㅋㅋ). Dan tibalah pukul 04.00....

Maret 2015 kejadiannya seperti ini:
👮 Excuse me.. Can I check your passport, please?
👧👧 *saya dan teman saya mengeluarkan dan menyerahkan paspor kami*
👮 I'm sorry. You are not allowed to be here if you don't have your boarding pass for your next flight.
👧 Abiella: Oh sorry..this is our first time in here. ((Abiella baru perpanjang paspor waktu itu, jadi paspor dia masih kosong. Dan paspor sayapun masih kosong karena memang baru pertama kali. Lol)
👮 It's okay. You have to go to immigration gate in level 1.
👧 Where is it?
👮 *nunjukin arah pake basa inggeris*
👧 Oh okay thank you.
👮 Welcome
👧👧 *trus kami beranjak ke imigration gate sambil bersedih*


Dan kejadian Juli 2016 seperti ini:
👸 Hello, good morning.
👧 Morning
👸 Can I have your passport and boarding pass please?
👧 Yes, please. *ngasih paspor*
👸 *checking*
👧 *HR: 100 bpm 😖*
👸 OK, thank you.
Dan kali ini lolos!! 😀😁 Mungkin karena petugas yang ngecek liat paspor saya kosong dan saya sendirian? Mungkin karena yang ngecek adalah petugas perempuan? Bisa jadi bisa jadi. Alhamdulillah masih dikasih kesempatan nunggu di Changi sampai pagi. 😌😙💨

Tadinya rencana saya akan beranjak dari airport ke hostel pada pukul 06.00 tapi saya melihat di luar bandara masih gelap (seperti langit di Jakarta pada pukul 05.00). Jadi saya memutuskan untuk nunggu satu jam lagi baru saya akan keluar gerbang imigrasi.


Dan pada jam 07.00 saya beranjak dari snooze lounge. Perlu diketahui, sebelum keluar imigrasi kita harus menulis semacam Arrival Card. Tulis data yang harus diisi dan bagian paling kanan akan disobek oleh petugas dan disimpan di paspor kita. Potongan ini jangan sampai hilang karena harus diserahkan kembali ke petugas imigrasi waktu kita pergi dari Singapura nanti. Setelah paspor saya dicap "kedatangan" oleh petugas, saya langsung menuju stasiun MRT yang ada di Terminal 2. Dengan membawa gembolan backpack, bantal leher dan satu tas tripod, perjalanan dari terminal 1 ke terminal 2 (walaupun sudah naik Skytrain) masih terasa melelahkan. 😂


Sekian dulu cerita saya tentang bermalam di Changi Airport (dan insiden penginapan). Akan ada postingan-postingan saya selanjutnya tentang perjalanan yang saya lakukan. Semoga bermanfaat (atau menghibur, paling tidak) untuk kamu. Much loaaaaf ♡

...to be continued...

Salam,
Dian Shinta 😉


Saturday, August 20, 2016

Singapura-Kuala Lumpur (4H3M) - Berangkat

Ini perjalanan saya yang ketiga kali ke Singapura dan pertama kali ke Kuala Lumpur. Supaya ada gambaran, rencana perjalanannya kayak gini:


—Budgeting—
• Tiket pesawat CGK-SIN 500rb
• Tiket pesawat KUL-CGK 500rb
• Hostel 1 malam SG: 230rb
• Tiket bis SG-KL: 220rb
• Hostel 1 malam KL: 150rb
• Makan 5x @ SG: 5 x 6 SGD (300rb)
• Makan 4x @ KL: 4 x 15 MYR (180rb)
• Transport@SG: 22 SGD (220rb)
• Transport@KL: 100rb
• Oleh2: 300rb
• Tiket masuk wahana: 200rb
• Tiket Damri PP: 130rb



—Itinerary—
30 Juli
· Jam 15.00-19.00: Purwakarta-Cengkareng
· Jam 19.00-21.00: check in bandara
· Jam 21.30-00.25: CGK-SIN

31 Juli
· Jam 00.25-06.00: Tidur di Bandara Changi
· Jam 06.00-09.00: Singapore Botanic Gardens
· Jam 09.00-14.00: Sentosa Island
· Jam 14.00-15.00: Check In Traveller@SG
· Jam 15.00-18.00: Orchard Rd, ION Sky
· Jam 18.00-21.00: Clarke Quay
· Jam 21.00: Back to Hostel


01 Agustus:
· Jam 08.00-12.00: Little India, Kampong Glam, Haji Lane, Chinatown
· Jam 11.00-15.00: Singapore National Library
· Jam 15.00-21.00: Esplanade, Marina Bay, Gardens by The Bay, Jubilee Bridge
· Jam 22.00-23.00: Golden Mile Complex


02 Agustus:
· Jam 00.00-06.00: perjalanan SG-KL
· Jam 07.00-12.00: Batu Caves
· Jam 12.00- 21.00: Jalan Alor & Pavilion (Bukit Bintang Monorel), Merdeka Square, KL City Galery & Muzium Nasional (masjid jamek LRT), Central Market & petaling street (pasar seni LRT)...


03 Agustus:
· Jam 07.00-10.00: Petronas Tower & Suria KLCC, KLCC (KLCC LRT), KL Tower (bukit nanas/ dang wangi), KL City Galery, Muzium Nasional
· Jam 10.00-12.00: Beli oleh-oleh & makan siang.
· Jam 12.00-13.00: Perjalanan ke KLIA2
· Jam 15.00-16.00: KUL-CGK
· Jam 16.00-19.00: Cengkareng-Purwakarta

Langsung aja ke cerita ya!

— 30 Juli 2016 —
Hari pertama dimulai dari Purwakarta. Setelah kerjaan saya beres di hari Sabtu, saya langsung pulang dan bersiap untuk berangkat ke Bandara Soekarno Hatta naik bis Damri. Saya alokasikan waktu perjalanan Purwakarta-Cengkareng sekitar tiga jam tanpa macet. Berangkat pukul 15.00 dan tiba di bandara sekitar pukul 17.40. Maskapai Jetstar ini ada di Terminal 2D, tapi ada rencana untuk semua penerbangan internasional nantinya akan di pindah ke Terminal 3 Ultimate.

Setelah turun dari bis, saya masuk dan ngecek papan informasi penerbangan untuk nomor penerbangan saya: Jetstar 3K206, tujuan Singapura, lepas landas pukul 21.35. Masih ada waktu sekitar tiga jam lagi sebelum boarding. Saya menyiapkan paspor dan print-out itinerary penerbangan untuk diperiksa petugas sebelum ke counter check-in. Kalau ngga salah ingat, counter check-in Jetstar ada di barisan 25-29. Saya menyusuri lorong sambil mencari counter check-in nya. Ternyata counter baru akan dibuka pukul 19.00, jadi saya harus nunggu lagi kurang lebih satu jam sampai counter dibuka. Setelah counter buka, saya ngantri untuk check-in.

Sebenarnya Jetstar menyediakan layanan web check-in atau mobile check-in (untuk kondisi-kondisi tertentu) supaya kita ngga perlu repot mengantri lagi untuk check-in di bandara. Tapi berhubung saya unavailable untuk check-in via website atau mobile, saya harus tetap mengantri untuk check-in. Mungkin karena saya beli tiket Jetstar ini ngga langsung dari website Jetstar melainkan dari Traveloka, atau pihak ketiga? Entahlah..

Tiba giliran saya untuk check-in. Saya menyerahkan paspor dan flight itinerary ke petugas. Kemudian petugas meminta flight details saya untuk penerbangan kembali dari luar negeri dan mencatatnya di data yang mereka punya. Begitu selesai, petugas memberikan saya boarding pass dan....yay! Mereka ngasih saya kursi yang dekat jendela (20F). Saya selalu senang kalau dapat window seat. Itu artinya saya bisa lihat ke luar pesawat dengan tanpa terhalang orang lain. Hihi 😄



Oh iya..di perjalanan pertama saya, pajak bandara (airport tax) sebesar Rp150.000 masih harus dibayar secara cash di counter check-in, tetapi sekarang sudah dimasukkan ke harga tiket penerbangan. Jadi kita tidak perlu lagi membayar pajak bandara saat check-in.

Setelah boarding pass ada ditangan, saya jalan menuju gerbang imigrasi untuk dilakukan pengecapan di paspor saya. Wihi! Saya selalu excited untuk menambah berbagai cap dari negara lain. Apalagi perjalanan kali ini saya nambah satu negara baru. Senangnya... 😊 Ketika paspor saya sudah di cap oleh bapak petugas, saya langsung melihat papan informasi penerbangan lagi. Penerbangan saya berada di gate D4 dan langsung mengikuti petunjuk arah menuju gate tersebut. Masih ada waktu sekitar satu setengah jam sebelum boarding gate dibuka. Kalau saya sih lebih baik menunggu daripada telat dan ketinggalan pesawat. Jadi satu setengah jam menunggu bukan masalah buat saya. Toh saya bisa baca-baca ebook yang ada di smartphone. :)

Ngga terasa udah jam 21.20 dan boarding gate diumumkan udah dibuka. Rupanya penumpang perjalanan malam itu cukup padat. Berbeda dengan dua perjalanan saya sebelumnya yang tidak terlalu banyak orang di satu pesawat. Begitu saya menemukan seat 20F dan menyimpan tas ransel di cabin, saya menempatkan diri di kursi lalu berdoa semoga perjalanan kali ini tidak terjadi bencana apapun dan saya bisa kembali ke Purwakarta dengan selamat.



Waktu menunjukkan pukul 21.35 WIB dan pesawat perlahan meninggalkan lahan parkirnya untuk bersiap lepas landas. Saya senang mendengar deru mesin saat kecepatan pesawat ditambah dan mulai menanjak meninggalkan bumi. Sensasi lepas landas yang luar biasa. Akan lebih menyenangkan kalau penerbangan dilakukan saat matahari masih terlihat. Rumah, gedung-gedung, gunung dan lainnya terlihat kecil dalam waktu beberapa detik. Dan dalam waktu sekian jam, saya sudah berada di belahan bumi lain. Untuk mengingatkan saya bahwa alam semesta ini sangat luas. Bahwa saya hanya satu titik kecil dari jutaan titik di dunia. Masya Allah...Maha Besar atas segala ciptaan-Mu di alam semesta ini. :")


...to be continued...


Salam,
Dian Shinta 😉

Friday, August 19, 2016

Bandung-Singapura-Bandung (3H2M) - Agustus 2015

My flight details:
• BDO (Bandung) Jumat, 31 Juli 2015 10:40 AM - SIN (Singapura) Jumat, 31 Juli 2015 01:30 PM.
• SIN (Singapura) Minggu, 02 Agustus 2015 10:45 AM - BDO (Bandung) Minggu, 02 Agustus 2015 11:25 AM
• Flight ticket cost: Rp.987.000 (without add ons, travel insurance, processing fee)

Perjalanan kali ini agak mendadak, tapi I spent less money than last trip. Wohoo! Dan misi perjalanan kali ini adalah "Explore the FREE things in Singapore!" and backpacing.
Kenapa milih dari Bandung? Selain ngga ada waktu untuk ke Cengkareng (it'll spend more time to be at CGK), saya pengen nyoba juga berangkat dari Bandung. Dan perjalanan kali ini juga banyak "first time(s)" nya. :)

Dari Purwakarta jam 06.30 naik Arnes Shuttle (Rp.35.000), sampai Baltos sekitar jam 08.00 karena agak macet pas keluar tol Pasteur. Dari Baltos langsung buka aplikasi yang superb membantu, Gojek. Hahaha. Ngga lama, jemputan datang dan langsung cuss ke Bandara Hussein (it costs Rp.10.000). Begitu sampai di Hussein, langsung check in - cap paspor di bagian imigrasi - nunggu di ruang tunggu International Departure. Jam 10.20 pun datang dan waktunya boarding. Kalau di Cengkareng boardingnya pakai belalai, di Bandung ini kita harus ke parkiran (?) pesawat dan naik tangga ke dalam pesawatnya. It was fun! Ngeliat langsung pesawat sebesar itu terparkir dan menunggu untuk diisi penumpang.

Long story short, pesawat take off dan sampailah di Bandara Changi jam 01:25 PM. Bandara yang nyediain segalanya, mau apa aja ada! (Mau minta jodoh? Adaaaa.. lol) best international airport inda world! Oh iya, another first di penerbangan ini: karena penerbangannya pas matahari masih ada, saya bisa liat the clouds! "I'm flying!" Lol ♥

Day ① (Jumat, 31 Juli 2015): Begitu sampai di Terminal 1 Changi airport, saya langsung menjalankan misi perjalanan kali ini. Menjelajahi Changi (the free things to do) dari Terminal 1 sampai Terminal 3. (Buat gambar lengkapnya, go to my Instagram account: shintadsd) it costs free! Setelah puas menjelajahi T1-T3, langsung ke penginapan (Traveller@SG) di daerah stasiun MRT Lavender. Di dekat Traveller@SG ini ada swalayan yang namanya Fair Price, harga di sini sesuai dengan judul swalayannya. Fair lah..
Kali ini saya menginap di dua hostel berbeda untuk 2 malam. Malam pertama di Traveller@SG, malam kedua di Gusti Bed and Breakfast malam berikutnya karena my girls nyusul ke SG dan nginap di Gusti BnB ini. Kedua hostel ini ngga jauh tempatnya. Hanya berjarak kurang lebih 300 m.
One night at Traveller@SG $22 (Kurs SGD waktu itu Rp9.850, jadi Rp216.700).
Setelah check in dan simpan tas, saya lanjut jalan ke Vivo City dan Sentosa Island. Oh iya, karena EZ Link saya masih ada saldonya (sekitar $10) jadi saya ngisi saldo di hari pertama cuma $10 (Rp98.500). Di Vivo City dan Sentosa Island ini masih gratis selama ngga masuk wahana yang berbayar. Tapi walaupun ngga masuk ke wahana tertentu, dijamin tetep seru. Kalau masuk ke wahana yang ada di Sentosa, pasti tambah seru. Hahaha
I just bought Walls Green Tea ice cream ($2.8 - Rp27.580) yang saya idam-idamkan sewaktu trip Maret lalu. Akhirnya kesampaian juga... di Indonesia belum ada soalnya. Hehe. Udah puas di Sentosa Island, langsung ke Marina Bay buat liat Light and Water show at 08.00 PM (free). Took some walks di Marina and langsung balik ke penginapan karena sengaja ngga mau pulang terlalu malam. Mampir dulu di Burger King dan Old Chang Kee buat isi perut hari itu. I spent $7.85 - Rp77.322 ($4 for BK, $3.3 for Old Chang Kee and $0.55 for mineral water)

Day ② (Sabtu, 1 Agustus 2015): Rencana mau mulai jalan jam 7 ternyata kesiangan malah bangun jam 9. Pindah penginapan dulu ke Gusti BnB dan titip tas karena belum bisa check in jam 9 pagi. Biayanya $20 per malam (Rp197.000). Rencana hari ini ke Singapore Botanic Gardens. Saya masuk dari pintu "Botanic Garden" dan keluar di "Tanglin Gate" total 2 jam jalan keliling taman itu. If I have more time, I'll explore that garden deeper. ㅋㅋㅋ Setelah dari SBG rencananya mau jalan di Orchard Rd dan naik ke ION Sky di ION Mall. Tapi sayang banget lagi ada acara disana jadi ngga bisa naik ke ION Sky. Jadinya ke Starbucks  beli Green Tea Latte ($6.70 - Rp65.995) sambil nunggu yang nyusul dari Jakarta dateng. Untuk jaga-jaga, saya top up $10 (rp98.500) di EZ Link card saya. Setelah mereka datang, we took a lunch at Bugis. I bought Laksa Mee ($4.5 - Rp44.325) Enak deh mie laksanyaaaa! Wajib coba!
Setelah makan dan cari jatah preman buat preman di kosan ($10 - Rp98.500), kita jalan ke Esplanade. Ternyata lagi ada acara perayaan HUT Singapura ke 50. HUAAAAA SENENG BANGET! We spent that night at Marina Bay, nonton kembang api yang entah ngabisin berapa $$$ tapi seruuuu! Serius deh! *pengen lagi* hahaha.
Setelah capek di Marina Bay dan sekitarnya, we took a dinner at Clarke Quay. I bought Nasi Briyani cost $10 (Rp98.500) a bit expensive I think. Setelah kenyang (dan jadi bego. Lol) kita balik ke Gusti BnB dan spend a little time left sebelum saya balik duluan ke Indonesia besok paginya.

Day ③ (Minggu, 2 Agustus 2015):
Hari ini harus bangun jam 6 karena flight saya jam 10.45. Berat rasanya ninggalin negara yang mulai saya suka banget. Apalagi the girls masih spending two more days di negara ini. Believe me, you gonna love this country too! Take your time and save your money to visit this loveable country.
Oh I spent another $5.9 (Rp58.115) untuk sarapan dulu di KFC Changi. Mau yang praktis dan halal, yaudah cuss aja belinya KFC. lol
I spent some hours at Changi before boarding. And voila! Saya kembali berada di Bandung setelah 2 jam berada di dalam perut Air Asia. Kembali ke Purwakarta dengan Gojek dan Arnes tercintaaaaa. It costs me Rp.45.000 in total.


And....this is rincian for my trip:
• Flight Tickets: Rp987.000
• Arnes Shuttle & Gojek PP Purwakarta-Bandung: Rp90.000
• Day 1: Traveller@SG for one night $22, EZ Link top up $10, Walls green tea ice cream $2.8, Old Chang Kee $3.3, BK Chicken and Cheese Fries $4, Mineral Water 0.55. Total $42.65 (Rp420.102)
• Day 2: Gusti BnB for one night $20, Singapore Botanic Garden: free, ION Orchard: not available, Starbucks $6.70, EZ Link top up $10, Keychain $10, Laksa Mee $4.5, Nasi Briyani $10. Total $51.2 (Rp504.320)
• Day 3: Breakfast at KFC airport $5.90. (Rp58.115)

Grand Total: Rp.2.059.537

Perjalanan BDO - SIN - BDO pun berakhir disini. Semoga ada next time untuk mengunjungi Singapura lagi. Hehehe. And actually masih banyak yang ngga tertulis disini. You can ask me for more details. I ♥ SG!

Salam,
Dian Shinta 😉

Thursday, August 18, 2016

Jakarta-Singapura-Jakarta (3H2M) Maret 2015

Negara pertama yang ingin saya kunjungi sebenarnya adalah Korea Selatan. Tetapi saat itu memutuskan untuk mengunjungi Singapura terlebih dahulu supaya saat pengajuan visa Korea Selatan nanti, travel history saya tidak kosong. Motivasi lainnya adalah....nonton film Fifty Shades of Grey di bioskop. Karena saya tahu film ini ngga akan masuk bioskop Indonesia, jadilah saya makin bersemangat untuk pergi ke Singapura. Hihi 😝

Perjalanan ini berlangsung dari tanggal 4-7 Maret 2015. Dua orang teman saya ingin ikut, jadi kami bertiga berangkat ke Singapura tahun lalu. Ini pengalaman ke luar negeri pertama kalinya bagi saya. Sebetulnya saya punya paspor sejak tahun 2011 tetapi baru terpakai di awal tahun 2015 kemarin. 😁

==4 Maret 2015 pukul 22.00 - 7 Maret 2015 pukul 21.20==

1. Tiket Pesawat
Pilihan saya untuk low budget airplane ticket (ke luar negeri) antara Airasia atau Jetstar. Kenapa ngga Tig3r Air atau Li0n Air? Ngga berani ambil resiko untuk hobi mereka yang suka delay. Caranya dapat tiket murah tapi ngga murahan? Sering-sering buka website maskapai penerbangan yang kamu incar dan jangan lupa subscribe ke email mereka. Jadi kalau ada promo, bisa tahu dari email yang sudah kamu subscribe.
Untuk perjalanan kali ini saya pilih tiket PP dari Jetstar karena waktu itu harganya lebih hemat daripada Airasia. Tiket CGK-SIN-CGK dari AA waktu itu jatuhnya Rp1.200.000 sedangkan CGK-SIN-CGK dari Jetstar bisa Rp870.000 dengan rincian:
- CGK-SIN (4 Maret 2015 jam 21.30): Rp250.000 (belum termasuk pajak bandara Soetta Rp150.000)
- SIN-CGK (7 Maret 2015 jam 19.15): Rp620.000 (belum tambah bagasi 15 kg: 180.000)
Saya membeli tiket ini secara tidak sengaja karena waktu itu saya sedang iseng cek-cek harga lalu.....tertekan "submit". Untunglah jadwalnya sesuai. Jadi saya bisa rencanakan berangkat.
Dan saya pilih penerbangan CGK-SIN yang paling akhir (jam 22.00) karena sampai di Singapura nya sudah masuk jam 00.45 dini hari. Niatnya mau stay di airport sampai pagi lanjut keliling-keliling. Lumayan kan hemat penginapan satu malam. Hehehe
Total tiket pesawat PP CGK-SIN-CGK: Rp1200.000.

2. Penginapan
Tadinya mau milih hostel yang bentuknya dormitory (asrama dengan kasur tingkat) kalau perginya hanya berdua. Tapi ternyata jadi pergi bertiga dan setelah dihitung ulang, jatuhnya ngga beda jauh kalau kita milih hotel bintang 2.
Hostel (Traveller@SG di daerah Lavender St) untuk 3 hari 2 malam: Rp440.000 per orang. Fasilitas: satu kasur, AC, kamar mandi di luar kamar, kamar khusus perempuan, cuma ada loker untuk simpan tas.
Sedangkan hotel bintang 2 (Fragrance Hotel - Sapphire) yang kami incar itu harganya Rp1.410.000 per kamar (bisa ditempati maksimal 3 orang) untuk 3 hari 2 malam. Fasilitas: satu kasur single, satu kasur double, flat TV, hair dryer, kamar mandi dalam ruangan, room service, compliment tea, coffee and water.
Jadi pilihannya jatuh ke Fragrance Hotel-Sapphire di daerah Geylang dengan harga Rp1.400.000 untuk 3 orang (Rp466.000 per orang) :)

3. Transportasi Umum
Ngga perlu ditanya deh kalau masalah yang satu ini. Kenapa saya yakin ngga akan kesasar di Singapura karena salah satu teman saya sudah khatam dengan Singapur. Hihi! Transportasi umum (MRT) di Singapura murah, mudah, cepat dan jelas.  Tapi sebelum naik transportasi publik di Singapura, harus punya kartu EZ Link dulu buat bayar MRT dan bisnya. Sejenis kartu Flazz BCA / BNI TapCash dan teman-temannya yang buat naik Transjakarta atau KRL di Ibukota Jakarta. Di stasiun pemberangkatan harus tap kartu dan di stasiun tujuan juga harus tap kartu, nanti otomatis saldo akan terpotong. Sebenarnya ada pilihan lain selain EZ Link. Kamu bisa beli Singapore Trip Pass (STP). Budget kasar untuk transportasi 3 hari 2 malam: S$ 15 (142.500)

4. Rencana Perjalanan
Kalau yang satu ini ngga bisa dijadiin referensi. Karena super random dan ngga terlalu dikasih budget. Supaya ada gambaran, dijelasin sedikit deh ya..

== 5 Maret 2015 ==
Begitu sampai di bandara Changi langsung cari makan dan tempat "aman" untuk stay sampai pagi. Berhasil stay di Snooze Lounge sampai jam 4 subuh. Selanjutnya diminta keluar imigrasi sama petugas bandara yang dua orang diantaranya membawa senjata api (seriusan lho ini 😣 ) karena saya dan teman saya ngga punya boarding pass untuk penerbangan selanjutnya. Hahaha. Setelah diminta keluar imigrasi, kami stay di ruang tunggu depan counter check in Terminal 1 karena masih harus nunggu teman yang flight nya jam 6 dari Jakarta. Long story short, kami ketemu bertiga dan langsung menuju Vivo City untuk nyebrang ke Sentosa Island, foto-foto di depan Universal Studio, keliling Sentosa Island naik free shuttle car gitu. Selesai dari Sentosa, lanjut ke Marina Bay, Merlion, Esplande, Gardens by The Bay sampai malam dan lanjut makan malam di Glutons Bay Makan Sutra. Rincian:
- Makan + minum (nasi lemak + air putih) di Vivo City: S$ 12 (Rp114.000)
- Sightseeing di Sentosa Island, Marina Bay, Merlion dan Gardens by The Bay: FREE!
- Green Tea Latte @ Starbucks: S$7 (Rp66.500)
- Ice Cream Cone Walls @ Universal Stusdio: S$ 4 (Rp38.000)
- Makan malam di Makan Sutra: S$ 11 (Rp104.500)
Total hari pertama: Rp323.000

== 6 Maret 2015 ==
Karena dari hotel sudah siang, jadi kami langsung cari makan siang baru lanjut jalan. Setelah makan kebab di Haji Lane, keliling dulu ke Bali Lane, Arab Street baru lanjut ke Bugis. Di Bugis jalan-jalan sambil nyari merchandise dan dengan harga terjangkau. Karena salah satu temanku harus balik ke Jakarta sore itu, jadi kami balik ke Changi untuk mengantar dia. Setelah mengantar, langsung lanjut ke Orchad Road untuk memenuhi salah satu tujuan kami ke SG; nonton Fifty Shades of Grey. Haha. Setelah puas nonton FSOG, lanjut makan dan took some pictures di Orchad Rd sebelum akhirnya salah naik bis dan berakhir di Geylang pada jam 23.30 malam. Hampir tengah malam dan di negara orang, sodara-sodaraaa..... Belum lagi si Geylang ini adalah Red District nya Singapore. Uhhhh~~~
- Makan Kebab: S$ 8 (Rp76.000)
- Merchandise: S$ 17 (Rp161.500)
- Nonton FSOG: S$ 13 (123.500)
- Minum @ Coffee Bean: S$ 8 (Rp76.000)
- Makan fast food @ 7 Eleven: S$ 4 (Rp38.000)
Total hari kedua: Rp475.000

== 7 Maret 2015 ==
Karena harus check out dari hotel jam 12.00, kami langsung bawa barang dan langsung check out jam 11.00 daripada bolak-balik hotel sebelum ke Changi.
Berhubung ada barang yang mau dicari temen saya, kami kembali hunting barang itu di Bugis. Dan ternyata apa?? Nemu tempat yang banyak jual merchandise dan lebih murce mursidah. Nyesel deh beli di tempat sebelumnya. 😭 Setelah teman saya cari barang dan saya beli merchandise lagi, kami lanjut makan siang dan kembali ke Orchad Rd lagi masih dalam rangka hunting si barang ini.
Waktu sudah menunjukkan 2 jam sebelum flight temen saya berangkat, jadi kami jalan ke Changi. Flight saya dan temen saya berbeda satu jam, tetapi kami check in bersamaan. Sampai akhirnya boarding gate flight saya dibuka dan harus kembali duduk di dalam perut burung besi bernama Jetstar ini.
- Merchandise batch 2: S$ 30 (Rp380.000)
- Makan siang @ Popeyes: S$ 4.5 (Rp42.800)
Total hari ketiga: 422.800


Total keseluruhan: 870.000 (tiket pesawat PP) + 150.000 (Airport Tax Soetta) + 180.000 (bagasi SIN-CGK 15 kg) + 466.000 (Hotel) + 142.500 (Ongkos Transport) + 323.000 (Day 1) + 475.000 (Day 2) + 422.800 (Day 3) = Rp3.029.300


Total pengeluaran ini sebenarnya masih bisa ditekan lagi tetapi karena perjalanan ini sudah saya rencanakan untuk ngga terlalu budgeting, ya beginilah hasilnya. Total ini belum termasuk ongkos dari rumah ke Bandara Soekarno Hatta.


Sedikit tentang Singapura:
1. Bawalah botol minum dari rumah dan isi ulang di Changi Aiport begitu tiba. Harga air mineral di beberapa swalayan disana lumayan mahal.
2. Internet. Sering-sering aktifkan Wi-Fi dan cari yang ngga pakai password. And then...voila! Kamu bisa berkabar dengan saudara dan kerabatmu via aplikasi messenger yang kamu punya. Dan kamu bisa upload foto yang kamu mau di media sosialmu! 😉
3. Dilarang makan/minum di dalam MRT atau Bis.
4. Jangan lupa buang sampah bekas makan kalau sudah selesai. Rata-rata tempat makan disana menyediakan tempat sampah langsung dan pelangganlah yang membuang sampah bekas makanny. Bukan ditinggal di meja begitu saja. Ini namanya self-service :)
5. Saya kagum dengan tata letak kotanya. Bersih. Rapi. Totally love it!
6. Kalau kamu mau naik ke MRT, berdiri di pinggir pintu dan dahulukan penumpang yang keluar MRT, baru masuk ke MRT. Akan ada garis merah dan hijau di sana.
7. Ada dua pintu di bis umum. Pintu yang depan untuk penumpang masuk (dan tap kartu EZ Link) dan pintu yang tengah untuk turun/keluar bis (tap kartu EZ Link lagi. Saldo akan otomatis terpotong).
8. Di Singapura ngga ada yang namanya kondektur. Jadi bagaimana kalau kita mau turun di halte selanjutnya? Cukup tekan bel yang ada di setiap tiang pegangan di bis. Maka supir akan berhwnti di halte selanjutnya.
9. Yang saya lihat, kebanyakan petugas bersih-bersih (housekeeper) di bandara dan Food Republic Vivo City itu adalah lansia. Menurut teman saya, mereka dipekerjakan agar meringankan beban pikiran mereka tentang bagaimana nasib hari tuanya.
10. Kalau kamu naik eskalator dan tidak sedang terburu-buru, selalu berdirilah di sebelah kiri. Karena sebelah kanan itu untuk pejalan kaki yang sedang terburu-buru.

Sepertinya segini dulu yang bisa saya ceritakan. Biarpun ngga banyak destinasi yang dikunjungi, kalau teman travel kita menyenangkan dan bisa mengatur pengeluaran, pasti akan meninggalkan cerita lain yang membekas di hati. Save money, and DO travel! Selamat menabuuuung..

Salam,
Dian Shinta 😉

Wednesday, August 17, 2016

Perpanjang Paspor di Kantor Imigrasi Kelas I Bandung


Paspor pertama saya sudah habis masa berlakunya sejak bulan Februari lalu dan waktu itu saya masih berniat untuk ke luar negeri sehingga saya tetap harus perpanjang paspor. Proses perpanjangan paspor ini kurang lebih sama dengan pembuatan paspor baru.

Akhir Mei lalu saya melengkapi persyaratan perpanjang paspor yaitu:
1. KTP
2. Akta Kelahiran / Ijazah (harus tertera nama orang tua)
3. Kartu Keluarga
4. Paspor lama
Keempat persyaratan tersebut dibawa fisik aslinya dan difotokopi seukuran A4 sebanyak satu lembar. Berkas fisik hanya digunakan sebagai pembanding (kecuali paspor lama) dari lembar fotokopi dan lembar fotokopi akan diserahkan ke petugas.

Saya tidak memilih perpanjangan secara online dan memilih walk-in karena saya terlambat untuk pendaftaran online (pendaftaran online di kantor Imigrasi Bandung harus dilakukan satu bulan sebelumnya). Saya datang ke Kantor Imigrasi Kelas I Bandung di Jl. Surapati No.82 pukul 09.00 dan antrian sudah sampai nomor 70an waktu itu. Saya diberikan nomor antrian pemeriksaan berkas oleh security dan menunggu giliran pemeriksaan kelengkapan berkas.



Tiba giliran nomor antrian saya dipanggil dan berkas saya diperiksa. Lalu terjadi sedikit insiden:
👮 "KTPnya Tangerang tetapi kok bikin di Bandung, mbak?"
👧 "Iya, Pak. Saya kerja di Purwakarta."
👮 "Kenapa ngga buat di Karawang aja? Lebih dekat, kan?"
👧 "Karena saya lebih tahu jalan ke Bandung, Pak."
👮 "Kalau gini harus ada surat keterangan kerja di Purwakarta nya, Mbak. Atau surat keterangan domisili kalau tinggal di Bandung."
👧 "😰 Ngga ada. Gimana dong, Pak.."
👮 "Coba tolong ke meja informasi dulu. Kalau dari sana diizinkan, nanti kembali kesini, ya Mbak."
👧 "Oke, Pak. Terimakasih."

Lalu saya mengantri untuk ke meja informasi dengan harap-harap cemas. Detak jantung langsung saya meningkat. Takut kalau-kalau petugas tidak meloloskan persyaratan tanpa ada salah satu surat keterangan tersebut. Tetapi memang sebelumnya saya cek di website www.imigrasi.go.id tidak ada persyaratan surat keterangan itu jadi saya tidak menyiapkannya. Dan pembuatan paspor pertama saya juga tidak dilakukan di Kota Tangerang sesuai KTP saya melainkan di Yogyakarta. Tetapi saya lupa dulu itu diminta surat keterangan mahasiswa atau tidak (saya masih kuliah waktu itu).

Setelah petugas dimeja informasi memeriksa kelengkapan berkas saya agak lama, berkas itu dikembalikan kepada saya dan saya diizinkan untuk tidak menggunakan surat keterangan tambahan. Fiuh~ Lega saya.

Setelah pengecekan berkas selesai, saya diberikan nomor antrian (lagi) untuk wawancara, foto dan cap sidik jari. Nomor urut saya berada diurutan 122, sehingga saya harus menunggu sampai dengan pukul 14.20 (terpotong waktu istirahat pukul 12.00-13.00) untuk dilakukan wawancara, foto dan cap sidik jari selama kurang lebih 10 menit. Wawancara disini hanya wawancara singkat tentang alasan pembuatan paspor. Selama tidak ada catatan perilaku jahat, saya rasa wawancara ini bukan masalah besar. ((Diakhir postingan saya juga menulis tentang hal-hal yang perlu diketahui sebelum datang untuk pembuatan paspor.))



Proses selanjutnya adalah pembayaran. Saya diberikan dua lembar kertas oleh petugas yang mewawancarai saya. Salah satu lembar itu diberikan ke teller bank BNI untuk pembayaran. Saya bertanya ke petugas: "Apakah harus ke teller?" dan jawabannya adalah "Ya." Padahal saya mengecek di website, pembayaran bisa dilakukan di ATM BNI terdekat.

Menurut informasi dari rekan saya, sebenarnya saya bisa melakukan pembayaran paspor ini maksimal tujuh hari setelah datang ke Imigrasi. Pertimbangan saya waktu itu, kalau harus melakukan pembayaran dilain hari dan di Purwakarta akan lebih repot. Jadi saya memutuskan akan membayar langsung di Bandung. Jam menunjukkan pukul 14.35 dan saya langsung mencari Bank BNI terdekat (mengingat semua bank akan tutup pukul 15.00). Saya menuju ke Bank BNI terdekat yang berada di kampus UNIKOM Dipati Ukur.

Total biaya pembuatan paspor baru 48 halaman adalah Rp360.000, dengan rincian sebagai berikut:
Paspor - Rp300.000
Komputerisasi - Rp55.000
Administrasi teller bank BNI - Rp5.000

Setelah selesai pembayaran, saya diberikan tanda terima dan diminta datang kembali ke kantor imigrasi Bandung untuk mengambil paspor paling lambat 30 hari setelah pembayaran. Sebenarnya diambil lebih dari 30 hari pun tidak masalah. Hanya ditakutkan paspor akan tertumpuk di kantor imigrasi jika tidak segera diambil. Setelah pembayaran selesai, saya kembali ke Purwakarta dan menjadwalkan untuk datang lagi minggu depan untuk mengambil paspor yang siap pakai.



Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum datang untuk pembuatan paspor:
--Berkas--
1. Pastikan nama lengkap tercetak sama di semua berkas yang kamu lampirkan. Misalkan nama di KTP adalah "Dian Matcha Shinta". Diberkas Akta Kelahiran/Ijazah/KK juga harus tercetak "Dian Matcha Shinta". Jika ada nama di berkas lain yang tercetak sebagai "Dian Matcha Sinta", harus ada persyaratan lain yang dilampirkan.
2. Pastikan KK ditandatangani oleh kepala keluarga.
3. Pastikan KTP masih berada di masa berlaku.

--Penampilan--
1. Dilarang menggunakan baju berwarna putih karena latar belakang foto adalah putih.
2. Dilarang menggunakan sandal jepit. Disarankan untuk menggunakan sepatu sandal atau sepatu.
3. Lensa kontak dan kacamata harus dilepas saat pemotretan diri.

--Nomor Antrian--
Di kantor imigrasi kelas I Bandung ini, nomor antrian pemeriksaan berkas hanya dibuka sampai jam 10.00 WIB. Jadi datanglah lebih awal agar tidak terlalu lama mengantri. Rekan saya ada yang datang pukul 07.00 dan sekitar pukul 10.30 sudah selesai prosesnya. Tetapi ada juga yang datang pukul 14.00 dan masih diterima pengajuan paspornya. Mungkin karena kuota pembuatan hari itu masih ada ya. Entahlah.

Tips lain dari saya: jangan ragu untuk menelpon terlebih dahulu kantor imigrasi yang akan dikunjungi. Cari tahu info sebanyak-banyaknya dari teman yang sudah berpengalaman atau dari internet. Banyak orang-orang yang datang dengan informasi minim terpaksa harus datang lagi di lain waktu karena ada persyaratan yang tidak lengkap.

Rekan saya waktu itu ingin mengajukan paspor 24 halaman seharga total Rp155.000 tetapi entah kenapa petugas di Kantor Imigrasi Bandung ini mengatakan tidak bisa. Banyak informasi yang bertentangan dari yang saya lihat di website resmi  Imigrasi itu sendiri. 😞

Bagi saya secara keseluruhan, pembuatan paspor itu mudah karena sudah didukung dengan sistem komputerisasi dan online. Asal persiapan kamu cukup dan persyaratan lengkap, pasti akan lancar. Selamat membuat/memperpanjang paspor, teman-teman!


Salam,
Dian Shinta 😉

Welcome!

Setiap perjalanan pasti punya cerita. Karena itulah saya akan menulis tentang perjalanan yang sudah saya lakukan. Dimulai dari pembuatan alamat blog baru ini. Mungkin bisa dijadikan motivasi atau referensi bagi teman-teman yang membutuhkan. Enjoy!


Salam,
Dian Shinta 😉